Kamis, 30 April 2015

Menjadi Gerejah Penabur Benih
07.44.00

Menjadi Gerejah Penabur Benih


Buku : Penabur Benih
ENAA KOBOUYE
Oleh : Benny Makewa Pigai, SE. MA
Buku ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademik pada Sekolah Tinggi Teologi Walter Post Jayapura (Selanjutnya disebut STTWPJ) pada program doktor bidang Sejarah Gereja dan Budaya Papua. Program ini dibuka oleh Sinode Segitiga yang basis pelayanannya di pegunungan tengah tanah Papua ialah Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) tanah Papua, Sinode Gereja-Gereja Baptis tanah Papua dan Sinode GIDI tanah Papua dengan menitip program ini di STTWPJ dan resmi menyelenggarakan program studi ini dalam bulan Agustus 2009.

Dua Sinode gereja tetangga ini masih mengakui Gereja Kemah Injil (Kingmi) sebagai ‘mama’ karena Gereja Kingmi ini telah mendorong lahirnya dua gereja tetangga ini ada dipegunungan tengah tanah Papua. Melihat latar belakang kehidupan umat dan sejarah pelayanannya ini maka Program Studi Doktor Bidang Sejarah Gereja dan Budaya Papua ini dibuka menjadi program bersama Tiga Sinode tadi dalam tujuan menggali sepak terjangnya kehidupan dan sejarah gerega-gereja di tanah Papua ini disejajarkan dengan sejarah gereja-gereja Indonesia dan sejarah gerejagereja dunia.
Teman-taman saya yang lain menulis sejarah ini dan penelitian saya ini khusus sejarah dan kisah para2 Makewa Kisah hidup perintis gereja Kingmi tanah Papua perintis gereja Kemah Injil (Kingmi) tanah Papua, dan saat melakukan penelitian disertase ini, para perintis gereja ini pesan agar pengakuan ‘mama’ dari dua gereja sahabat tadi tidak hanya ikut membanggakan hati saat mendengar pengakuan ini tetapi bagaimana dalam pelayanan gereja kita kedepan ini benar-benar berubah menjadi ‘mama’ yang senantiasa member teladan dalam tugas-tugas pastoral tentang sosial dan ekonomi dalam pewartaan Jilid II masa depan menjadi gereja penabur benih? Untuk pertama kali, penelitian ini hasil wawancara langsung dengan pelaku sejarah, anak-anak dan sanak saudaranya, teman sekerja dan orang lain disekitarnya yang dapat memberi keterangan mengenai sang tokoh dalam sejarah pekabaran injil di tanah ini. Khusus para perintis gereja Kemah Injil (Kingmi) tanah Papua ini melaksanakan tugas pekabaran injil di tanah ini dibawah pengaruh hidup dan pandangan teologi dunia barat termasuk orang-orang Ambon dalam Gereja ini melihat budaya dan  kehidupan kaum pribumi adalah kotor dan najis atau dianggap pemberian iblis maka diajak semua umat berbalik 100 pada budaya baru agama Kristen yang dalam pewartaannya mendominasi nilai-nilai hidup dan budaya dunia barat dan orang Ambon dalam pewartaan di gereja ini.

Dalam tahun 1970an ini membaca Alkitab dan membanding-bandingkan ayat-ayat Alkitab dengan nilai-nilai hidup dalam budaya dan kehidupan orang Me yang kemudian di khotbahkan di gereja dan dalam Makewa Kisah hidup perintis gereja Kingmi tanah Papua 3 program penginjilan. Lamunan injil Kristus dan ayatayat Alkitab dengan nilai-nilai budaya orang Me tadi dimusnahkan oleh gereja ini jauh sebelum perubahan atau menjadi tiga kabupaten Meuwo (Paniai, Deiyai dan Dogiyai) seperti ada hari ini. Para pekabar injil dunia barat, orang-orang Ambon dalam gereja, penginjil pribumi dan siswa sekolah Alkitab tadi dalam pewartaan kabar baik ini tidak seperti pandangan dalam Alex Rumaseb (2014) dan dalam John Gobai (2008) yang diterjemahkan gerakan penginjilan pertobatan, melainkan gerakan bertopen penginjilan untuk pembasmian nilai-nilai hidup dalam budaya masyarakat suku atas nama Tuhan yang waktu itu diiringi dengan nyanyian : Yesus ekaduba-Yesus ekadua to peu tekiya, Yesus ekaduba –Yesus ekaduba Tegee daba eyaikai, Tuhan Yesus Ekaduba meiya akaiye Ootiyaa, Tuhan Yesus ekaduba to peu tekiya; artinya, Dalam nama Yesus – dalam nama Yesus ada kemenangan, dalam nama Yesus, dalam nama Yesus iblis dikalahkan, dalam nama Tuhan Yesus siapa dapat melawan, dalam nama Tuhan Yesus ada kemenangan’.

Tugu (KEMAH INJIL) Empat Berganda 
Ketika gerakan pembasmian budaya dan kehidupan ini jalan dari gereja ke gereja di kawasan danau Paniai, saat itu saya masih dibangku sekolah dasar YPPGI Emaibo, kampung Kiuto dan ikut menyanyikan lagu ini. Para aktor pembasmi nilai-nilai hidup tadi dinyanyikan engan semangat yang berapi-api dimimbar Tuhan seperti mereka sudah menang dari segala jenis noda 4 Makewa Kisah hidup perintis gereja Kingmi tanah Papua dan dosa dijalan Tuhan tetapi itulah iman bergaya saleh di jalan Tuhan tetapi  dalam ketidak sadarannya menari-nari depan Tuhan dan umatNya dalam upaya pembunuhan karakter hidup suku bangsanya sendiri  yang pada akhirnya terciptanya masyarakat yang bermasa bodoh terhadap perubahan dan bimbang dijalan Tuhan untuk bagaimana dan dimana tempat penerapan injil atau khobah-khobah pak pendeta, hasil ceramah-ceramah dan seminar digereja selama ini. Nilai-nilai budaya import (dunia barat dan orang Ambon dalam gereja ini) melalui pewartaan agama Kristen tadi pada puncak amarahnya terbukti dalam Sidang Konas 2006 di Bogor dengan mengakui Gereja Kingmi Sidone Papua adalah Gereja Berlumuran darah (dikisahkan oleh Maya Paksoal dalam keadaan selingan air mata depan sidang Nasional ini). Penyataan ini sama dengan ayahnya yang kita akui pionir gereja ini telah dua kali, pertama kali di gereja Rehobot tempat dimana ia menjadi gembala sidang dan kedua kalinya dalam khotbah di Bethesda Abepura saat Raker Klasis Pantai Jayapura dengan judul ‘anak panah yang cemerlang’ dalam kitab Mazmur psl ayat ini. Khotbahnya ini dalam pemahaman .

Mulai memahami hal-hal kecil supaya menjadi alat.
Penulis adalah penyantun ISSP Enarotali, Papua


0 komentar:

Posting Komentar