![]() |
Buku : Penabur Benih |
ENAA KOBOUYE
Oleh : Benny Makewa Pigai, SE. MA
Buku ini ditulis dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan akademik pada Sekolah Tinggi Teologi Walter
Post Jayapura (Selanjutnya disebut STTWPJ) pada program doktor bidang Sejarah
Gereja dan Budaya Papua. Program ini dibuka oleh Sinode Segitiga yang basis
pelayanannya di pegunungan tengah tanah Papua ialah Sinode Gereja Kemah Injil
(Kingmi) tanah Papua, Sinode Gereja-Gereja Baptis tanah Papua dan Sinode GIDI
tanah Papua dengan menitip program ini di STTWPJ dan resmi menyelenggarakan
program studi ini dalam bulan Agustus 2009.
Dua Sinode gereja tetangga ini
masih mengakui Gereja Kemah Injil (Kingmi) sebagai ‘mama’ karena Gereja Kingmi
ini telah mendorong lahirnya dua gereja tetangga ini ada dipegunungan tengah
tanah Papua. Melihat latar belakang kehidupan umat dan sejarah pelayanannya ini
maka Program Studi Doktor Bidang Sejarah Gereja dan Budaya Papua ini dibuka
menjadi program bersama Tiga Sinode tadi dalam tujuan menggali sepak terjangnya
kehidupan dan sejarah gerega-gereja di tanah Papua ini disejajarkan dengan sejarah
gereja-gereja Indonesia dan sejarah gerejagereja dunia.
Teman-taman saya yang lain
menulis sejarah ini dan penelitian saya ini khusus sejarah dan kisah para2
Makewa Kisah hidup perintis gereja Kingmi tanah Papua perintis gereja Kemah
Injil (Kingmi) tanah Papua, dan saat melakukan penelitian disertase ini, para
perintis gereja ini pesan agar pengakuan ‘mama’ dari dua gereja sahabat tadi
tidak hanya ikut membanggakan hati saat mendengar pengakuan ini tetapi
bagaimana dalam pelayanan gereja kita kedepan ini benar-benar berubah menjadi
‘mama’ yang senantiasa member teladan dalam tugas-tugas pastoral tentang sosial
dan ekonomi dalam pewartaan Jilid II masa depan menjadi gereja penabur benih? Untuk pertama kali, penelitian
ini hasil wawancara langsung dengan pelaku sejarah, anak-anak dan sanak saudaranya,
teman sekerja dan orang lain disekitarnya yang dapat memberi keterangan
mengenai sang tokoh dalam sejarah pekabaran injil di tanah ini. Khusus para
perintis gereja Kemah Injil (Kingmi) tanah Papua ini melaksanakan tugas
pekabaran injil di tanah ini dibawah pengaruh hidup dan pandangan teologi dunia
barat termasuk orang-orang Ambon dalam Gereja ini melihat budaya dan kehidupan kaum pribumi adalah kotor dan najis
atau dianggap pemberian iblis maka diajak semua umat berbalik 100 pada budaya
baru agama Kristen yang dalam pewartaannya mendominasi nilai-nilai hidup dan
budaya dunia barat dan orang Ambon dalam pewartaan di gereja ini.
Dalam tahun 1970an ini membaca
Alkitab dan membanding-bandingkan ayat-ayat Alkitab dengan nilai-nilai hidup
dalam budaya dan kehidupan orang Me yang kemudian di khotbahkan di gereja dan
dalam Makewa Kisah hidup perintis gereja Kingmi tanah Papua 3 program
penginjilan. Lamunan injil Kristus dan ayatayat Alkitab dengan nilai-nilai
budaya orang Me tadi dimusnahkan oleh gereja ini jauh sebelum perubahan atau
menjadi tiga kabupaten Meuwo (Paniai, Deiyai dan Dogiyai) seperti ada hari ini.
Para pekabar injil dunia barat, orang-orang Ambon dalam gereja, penginjil
pribumi dan siswa sekolah Alkitab tadi dalam pewartaan kabar baik ini tidak
seperti pandangan dalam Alex Rumaseb (2014) dan dalam John Gobai (2008) yang
diterjemahkan gerakan penginjilan pertobatan, melainkan gerakan bertopen
penginjilan untuk pembasmian nilai-nilai hidup dalam budaya masyarakat suku
atas nama Tuhan yang waktu itu diiringi dengan nyanyian : Yesus ekaduba-Yesus ekadua to peu
tekiya, Yesus ekaduba –Yesus ekaduba Tegee daba eyaikai, Tuhan Yesus Ekaduba
meiya akaiye Ootiyaa, Tuhan Yesus ekaduba to peu tekiya; artinya, Dalam nama
Yesus – dalam nama Yesus ada kemenangan, dalam nama Yesus, dalam nama Yesus iblis
dikalahkan, dalam nama Tuhan Yesus siapa dapat melawan, dalam nama Tuhan Yesus
ada kemenangan’.
![]() |
Tugu (KEMAH INJIL) Empat Berganda |
Mulai memahami hal-hal kecil
supaya menjadi alat.
Penulis adalah penyantun ISSP Enarotali, Papua
Penulis adalah penyantun ISSP Enarotali, Papua
Menjadi Gerejah Penabur Benih
07.44.00