Kamis, 11 Juni 2015

Papua Legend of Cendrawasih bird of Paradise
assattari.wordpress.com
Indonesia subtitles
Ada sebuah legenda di Papua tentang Cendrawasih. Konon katanya dahulu kala di masa lampau ada seorang ibu yang kehilangan anaknya. Hati dan jiwanya begitu sedih dan terus menangis memanggil anaknya hingga ia mati. Kemudian jiwanya pun terbang ke langit tinggi dan berubah menjadi seekor burung yang cantik.

Kisah tentang manusia yang berubah menjadi hewan adalah hal yang umum terdengan di masyarakat Papua. Mereka percaya bahwa di dunia ini ada sebuah kekuatan alam yang dikenal juga dengan istilah Imunu (kadang disebut juga Mana). 

Pada dasarnya Imunu sudah ada di setiap benda yang ada di alam, hidup ataupun mati, termasuk diantaranya hewan dan manusia. Terkadang ada beberapa orang yang memiliki anugrah sehingga Imunu mereka aktif semenjak mereka lahir ke dunia. Namun terkadang, Imunu juga bisa menjadi aktif karena adanya suatu kejadian penting yang merubah fase hidup seseorang.

English Subtitles
There’s a legend in Papua about the bird of paradise, known as Cendrawasih. The story told that once upon a time in the past, there’s a mother who lost her son. Her sad soul calls for her son, crying and dying. Then her soul transformed into a beautiful bird and flying in to the sky.

The story of the man who turned into animals is a common thing for the people of Papua. They believe that in this world there is a natural force called Imunu (also known as Mana). Basically Imunu exist in every object in the world, living or dead, including humans and animals. 

Sometimes there are some talented people so that their Imunu active since they were born. But sometimes Imunu may being activated due to an event or a change in the phase of life

Burung Cendrawasih
03.51.00

Burung Cendrawasih

Selasa, 02 Juni 2015

Suara Hati Adalah Kata Yang Tertunda
 Leave_me_Alone
Kehidupan selalunya diakumulasi oleh dua suara yang selalu berkelahi dalam diri manusia. Yaitu Suara Hatinya dan Suara nafsunya. Hati yang selalu didampingi dengan perasaan dan raut wajah. Nafsu yang selalu didampingi dengan Akal dan Lidah. Namun selalunya suara hati itu terkalahkan oleh nafsu yang tidak terfilter. Blog ini pun hadir sebagai ungkapan2 hati ketika bersuara di dalam dada, namun tak sulit untuk dikatakan dengan lidah dan acapkali dengan bait-bait syair.

Ungkapan rasa sejernih air mengalir, Ucapan lidah semurni suara hati, Sealur istimewa kalbu nyata adanya. Jauh dari kabut khayalan konyol, dusta ataupun serakan nalar hina, Tak pula sesaat singgah, sepatutnya mampu mengarungi waktu.
Usah berandai-andai menyangkut kebahagian hidup. Selayaknya ruang kasih kokoh terjaga lalui setiap masa. Keras upaya tertuang laku, Menggenggam lengan, memeluk tubuh, menebar lebih kasih nan pasti.

Sebab hati tak mampu berdusta, Karna jiwa tlah tertambat nyata tuk menyusuri putaran waktu terus berputar. Sanggup menepis gelombang prahara singgahi kelam jiwa, Satukan rasa melangkah bersama meraih cita. Dalam hening, relung hati melantun pinta, Semoga angan terjawab nyata, Kelak kau paham suara hati mengucap tulus banyak kata.

Suara Hati menjadi album Iwan Fals pada 2002 yang membuatnya benar-benar lahir kembali. Setelah di album sebelumnya orang bertanya-tanya karena Iwan hanya mengaransemen ulang lagu-lagu lama, pada album ini seluruhnya benar-benar baru. Mulai lagu, vokal, musik, benar-benar fresh.


Iwan Fals
Album ini menjawab pertanyaan tentang kevakuman Iwan Fals dalam bermusik sepeninggal anak pertamanya Galang Rambu Anarki. Lagu-lagu pada album ini lebih berkualitas dan berbobot, namun liriknya lebih dewasa tidak senakal dahulu.

Iwan menjadi lebih profesional, karena telah memiliki manajemen pribadi yang digawangi oleh istrinya (Rossana). Iwan mulai rajin menggelar konser baik di TV maupun outdoor, dan rata rata sukses tanpa kerusuhan.

- KISAH MUSIK NYA YANG BERJUDUL ALBUN SUARA HATI
Iwan Fals : Seorang musisi Legendaris Indonesia yang lahir dari kalangan anak-anak PENGAMEN menjadi orang terkenal di NUSANTARA ini.

acapk ali dengan bait-bait syair.

Leave Your Lover
20.03.00

Leave Your Lover

Sabtu, 23 Mei 2015

The Travel Photographer blog feel really worthwhile. 
Culture of West Papua
Inilah festival luar biasa dan telah menjadi daya tarik pengunjung di Papua. Festival Lembah Baliem awalnya merupakan acara perang antarsuku Dani, Lani, dan Suku Yali sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan. Sebuah festival yang menjadi ajang adu kekuatan antarsuku dan telah berlangsung turun temurun namun tentunya aman untuk Anda nikmati.
Festival Lembah Baliem berlangsung selama tiga hari dan diselenggarakan setiap bulan Agustus bertepatan dengan bulan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Awalnya pertama kali digelar tahun 1989. Yang istimewa bahwa festival ini dimulai dengan skenario pemicu perang seperti penculikan warga, pembunuhan anak suku, atau penyerbuan ladang yang baru dibuka. Adanya pemicu ini menyebabkan suku lainnya harus membalas dendam sehingga penyerbuan pun dilakukan. Atraksi ini tidak menjadikan balas dendam atau permusuhan sebagai tema tetapi justru bermakna positif yaitu Yogotak Hubuluk Motog Hanoro yang berarti Harapan Akan Hari Esok yang Harus Lebih Baik dari Hari Ini.
Suku-suku di suku Papua meski mengalami modernisasi tetapi masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi mereka. Salah satu yang paling menonjol adalah pakaian pria suku Dani yang hanya mengenakan penutup kemaluan atau disebut koteka. Koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan dan dilengkapi dengan penutup kepala yang terbuat dari bulu cendrawasih atau kasuari, sedangkan para wanita suku Dani mengenakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut sali. Saat membawa babi atau hasil panen ubi, para wanita membawanya dengan tas tali atau noken yang diikatkan pada kepala mereka.
Suku Dani terbiasa berperang untuk mempertahankan desa mereka atau untuk membalas dendam bagi anggota suku yang tewas. Para ahli antropologi menjelaskan bahwa “perang suku Dani” lebih merupakan tampilan kehebatan dan kemewahan pakaian dengan dekorasinya daripada perang untuk membunuh musuh. Perang bagi Suku Dani lebih menampilkan kompetensi dan antusiasme daripada keinginan untuk membunuh. Senjata yang digunakan adalah tombak panjang berukuran 4,5 meter, busur, dan anak panah. Seringkali, karena perang orang terluka daripada terbunuh, dan yang terluka dengan cepat dibawa keluar arena perang.
Kini, perang suku Dani diadakan setiap tahun di Festival Bukit Baliem di Wamena selama bulan Agustus (lihat Kalender Acara). Dalam pesta ini, yang menjadi puncak acara adalah pertempuran antara suku Dani, Yali, dan Lani saat mereka mengirim prajurit terbaiknya ke arena perang mengenakan tanda-tanda kebesaran terbaik mereka. Festival ini dimeriahkan dengan Pesta Babi yang dimasak di bawah tanah disertai musik dan tari tradisional khas Papua. Ada juga seni dan kerajinan buatan tangan yang dipamerkan atau untuk dijual.
Setiap suku memiliki identitasnya masing-masing dan orang dapat melihat perbedaan yang jelas di antara mereka sesuai dengan kostum dan koteka mereka. Pria suku Dani biasanya hanya memakai koteka kecil, sedangkan pria suku Lani mengenakan koteka lebih besar, karena tubuh mereka lebih besar daripada rata-rata pria suku Dani. Sedangkan pria suku Yali memakai koteka panjang dan ramping yang diikatkan oleh sabuk rotan dan diikat di pinggang.
Dengan menghadiri Festival Lembah Baliem maka Anda akan memiliki kesempatan langka untuk belajar dan bersentuhan langsung dengan beragam tradisi suku-suku setempat yang berbeda-beda tanpa harus mengunjunginya ke pedalaman Papua Barat yang jauh dan berat. Diperkirakan festival ini diikuti oleh lebih dari 40 suku lengkap dengan pakaian tradisional dan lukisan di wajah mereka.
Festival Lembah Baliem With
06.20.00

Festival Lembah Baliem With

Kamis, 07 Mei 2015

A LIFE FOR JUSTICE, A STORY FOR FREEDOM

West Papua - A Journey to Freedom : Herman Wainggai 
CERITA SAYA - Minggu ini, 19 tahun yang lalu, tepatnya 12 Maret 1996, tentu bukanlah waktu yang cukup lama untuk tidak membaca lembaran jurnal yang tertulis ketika mengikuti beberapa peristiwa ganjil terjadi sepanjang minggu dimaksud sebelum kematiannya almarhum Dr. Thomas Wapay Wainggai


Misalkan, satu peristiwa yang masih teringat sangat jelas siang itu pintu rumah depan diketuk oleh 4 orang anggota Badan Inteljen Indonesia (BIN) yang mendatangi rumah tanpa menunjukan identitas mereka jelas; Meskipun ada nama mereka tertulis yang sempat diberikan dari mereka (BIN). 

Perkenalan mereka ketika pintu rumah dibuka dan mendengar sapaan mereka langsung bertanya - Benarkah ini rumah keluarga Wainggai ? Apakah ada ibu Wainggai ? Aku terdiam membisu dan balik bertanya bapak-bapak ini dari manakah ? Mengapa harus bertanya ibu Wainggai. Apakah tidak cukup kalau saya saja yang layani bapak-bapak. Jawab mereka (Anggota BIN), kami dari pihak Kepolisian Resort Jayapura, dan dua diantaranya adalah anggota Kodam Baru Klofkamp Puncak. Maksud dan kedatangan kami ingin menyampaikan kepada ibu Wainggai bahwa bapa Wainggai telah meninggal di Jakarta.

With Jacob Rumbiak, Rev. Peter Woods, Parliament of Australia. Photo Tom Latupeirissa
19 tahun kemudian, seiring dengan waktu ditempat yang berbeda di Virginia, US, sambil menikmati hari ini dengan melihat salju yang turun membuat aktifitas terfokus pada lebih banyak berada didalam ruangan ketimbang pergi ke luar rumah disebabkan karena suhu dingin dan terlihat dimana-mana banyak turun salju menimbun sepanjang ruas jalan. Jalan aspal yang terlihat warna hitam dan biasanya banyak dilewati kendaraan mobil lalu-lalang pun terlihat sunyi sepi sepanjang hari ini dan tertutup warna putih salju. Intinya aktifitas hari ini sunyi senyap yang berbeda dengan 19 tahun lalu ketika rasa duka yang mendalam meliputi keluarga dan segenap rakyat Papua Barat atas kehilangan orang tua kekasih almarhum Dr. Thom. Jenasah almarhum yang tadinya mendapat larangan keras dari pihak pemerintah Jakarta supaya tidak diterbangkan ke Papua dan harus dikuburkan saja di Jakarta. Setelah mendengar ini semua maka selama beberapa hari dalam negosiasi panas dengan pihak negara Indonesia di Jakarta pada akhirnya jenasah almarhum harus dipulangkan ke Jayapura.

Berita tanggal 12 dan 18 Maret 1996 akibat pengiriman jenasah almarhum Dr Thom dari Jakarta yang dikirim ke Papua Barat menyebabkan ribuan rakyat Papua Barat menunggu disepanjang Sentani Air Port, rakyat Papua Barat berniat untuk mengusung peti mayatnya secara damai sepanjang jalan kurang lebih 50 kilo meter dari lokasi Sentani airport ke rumah Dok 9, namun tak diijinkan oleh pihak aparat militer RI. Hal ini akhirnya membuat rakyat Papua Barat pun tak sabar memberontak, ABEPURA terbakar, kota Jayapura menjadi lumpuh total, tanah Papua menjadi tegang, kampus UNCEN pun turut berontak dimana aktifitas kota pelajarpun jadi rusuh karena teriakan tanda penghormatan didepan kampus untuk terakhir kali. 

Teringat sangat jelas dalam ingatan saya dan orang Papua pada umumnya bahwa di kota Abepura yang dikenal dengan kota pelajar dan dipagi hari yang sepi diselimuti suasana duka cita yang dalam, dan yang tak terlukiskan, tiba-tiba berubah menjadi neraka yang mencekam dan menakutkan saat jenasah sang pahlawan melintasi kampus universitas kebanggaan masyarakat Papua-Universitas Cenderawasih(UNCEN).

Doc. Jepang & Amerika
Pemuda/i Papua Barat yang selama ini terkenal dengan sifat sopan- santun dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan, berubah bagaikan burung kasuari jahat yang siap menyerang dan menendang siapa saja yang melintas didepan matanya. Kepergian sang pahlawan,ternyata menjadi titik kebangkitan nasional Papua ke- 2 dalam sejarah perjuangan bangsa Papua Barat. Kepergian sang pahlawan meninggalkan luka hati yang dalam dan sekaligus membangkitkan dan mewariskan nilai-nilai kepahlawanan yang melekat disudut hati insani Papua Barat khususnya aktifist muda pelajar dan mahasiswa kala itu dan perjuangan terus berlanjut hingga hari ini.
Setiap tahun memasuki minggu awal di bulan Maret setelah beberapa tahun berada di exile Virginia, US. Suka dan duka mengingat semuanya terbingkai jelas dalam jurnal perjalanan panjang. Satu yang pasti, akan kembali dalam waktu Tuhan, menikmati hari pembebasan Papua Barat - Melanesia merdeka! Dalam catatan pribadinya (Herman Wainggai) 'MARCH 2015 19 YEARS LATER'.


Ceritaku Untuk Kebebasan
00.54.00

Ceritaku Untuk Kebebasan

Rabu, 06 Mei 2015

SIMBOL KOLONIALISME NKRI
Victor Yeimo : West Papua True Humanity
Tidak ada cara lain tanpa perlawanan yang sadar. Perlawanan yang sadar berarti anda terlibat dalam perjuangan Papua Merdeka sambil meruba aspek pribadi yakni: "Stop ikut selera makan, selera music, selera mode (fashion), selera pendidikan, selera pembangunan dan segala simbol kolonial Indonesia". 

Kita harus membendung dominasi budaya kolonialisme Indonesia yang hendak menghancurkan bangsa kita, bangsa Papua secara sistematis. Kita sendiri saksikan setiap hari di Indonesia, penguasa berwatak kolonail-kapitalis ini memelihara budaya global, yang tentu jauh dari cara hidup bangs Papua. Lihatlah, budaya cabul, budaya tawuran, budaya korupsi, budaya premanisme, budaya komedi fiksi, dan sebagainya yang terus meracuni generasi bangsa Papua. Semua aspek dari praktek neo-kolonialisme itu sedang berlangsung dan dilancarkan oleh mereka melalui lembaga, disiplin dan ideologi mereka diatas tanah kita. Kita harus membuka semua permainan kotor kaum penjajah yang telah dipengaruhi orientalisme barat, imperialisme, rasialisme dan berbagai bentuk hegemoni lainnya. 

Merekalah aktor penindasan yang borok. Kiat mereka harus disadari oleh seluruh anak negeri West Papua. Perjuangan dengan banyak pengorbanan kita di jalan-jalan revolusi Papua Barat hari ini adalah untuk memberikan kesadaran akan pentingnya identitas kebangsaan, pentingnya nilai-nilai kemerdekaan dan juga humanisme. Agar anak negeri Papua yang membudak pada kekuasaan Indonesia menjauhi pola berpikir kolonial Indonesia.
Kita akan terus melawan segala bentuk penjajahan, bukan saja penjajahan fisik yang telah melahirkan berbagai kesengsaraan dan penghinaan diatas negeri kita, tetapi juga penjajahan sistematis yang terstrukturisasi dalam segala aspek kehidupan bangsa Papua.
Salam Juang
Freeway, 2 Mei 2015
Dalam catatan pribadinya. Victor Yeimo
Kekerasan Kolonialisme
03.51.00

Kekerasan Kolonialisme

Senin, 04 Mei 2015

Papua Bergolak Dukungan Internasional Kian Bertambah

DIALOG : INDONESIA & WEST PAPUA
HAMPIR tidak dapat ditemukan bahwa pihak Indonesia (Anggota DPR RI, DPD RI, dan institusi lainnya) melakukan otokritik terhadap metode penyelesaian pemerintah Indonesia di dalam konflik Papua. Keterlibatan Internasional dipandang semata-mata sebagai gangguan terhadap kedaulatan Indonesia, tetapi tidak dipahami bahwa dukungan Internasional adalah merupakan produk kegagalan Indonesia menangani masalah Papua sesuai dengan norma-norma Internasional yang mengedepankan perlindungan dan penghargaan pada Hak-Hak Asasi Manusia (HAM), Demokrasi, Keadilan, dan Perdamaian. Pemerintah tidak pernah berani secara eksplisit menerima kenyataan bahwa masalah yang utama di Papua adalah ketidakmampuannya dan ketidakmauannya untuk menghentikan cara-cara represif dan kekerasan politik di Papua. Karena itu, seperti apa yang diungkapkan oleh profesor Peter King, ahli Papua dan pendukung gerakan Papua Merdeka dalam suatu kesempatan peluncuran bukunya West Papua and Indonesia since Suharto – Independence, Autonomy or Chaos? Menyatakan, adanya dukungan Internasional yang meningkat terhadap masalah Papua. Terdapat aktivitas signifikan di AS dan di belahan benua Eropa, terutama di Inggris.

Jaringan Damai Papua
Pernyataan ini, Peter King ungkapkan pada tahun 2004 silam, kini faktanya, hadir kantor OPM. Saya tetap berkeyakinan kuat bahwa pemerintah pusat di Jakarta tidak pernah tulus untuk membangun Papua. Alasannya, tengok saja sejumlah regulasi dan kebijakan yang mengalir ke Papua tak satupun yang dilaksanakan secara serius, konsisten, dan dipantau secara baik. Jika kita membaca buku Pemetaan Peran & Kepentingan Para Aktor Dalam Konflik di Papua oleh Adriana Elisabeth dkk dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan juga buku karya Bapak Anthonius Ayorbaba, SH, M.Si berjudul THE PAPUA WAY: Dinamika Konflik Laten & Refleksi 10 Tahun Otsus Papua. Maka, pendapat saya, dengan melihat implementasi kebijakan pembangunan lewat semangat UU Otonomi Khusus (Otsus) Papua selama ini yang belum berjalan baik, lalu dihadirkan Pemekaran dengan regulasi lain, bentuk dua lembaga kultur, Majelis Rakyat Papua (MRP) lagi. Entah bagaimana bentuk Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B). Apa sebelumnya tidak cepatkah pembangunan, jadi harus ada Percepatan Pembangunan di tanah Papua! Eh, entah apalagi, Presiden janjikan OTSUS PLUS yang drafnya sedang disusun; entah besok OTSUS apa lagi yach!

Moga tak terjadi ‘opini’ saya ini bahwa: kebijakan yang dibuat belakangan ini justru sarat kepentingan yang berpotensi lahirkan konflik berikutnya. Jatuhnya korban rakyat sipil lagi!
Maka, kita rakyat di tanah Papua juga mesti cerdas, baca situasi ini, bisa jadi rakyat Papua lagi di buat “senang sedikit” lalu tertidur lagi saat SDA (Sumber Daya Alam) Papua “dikeruk” baik dengan cara dilebelkan regulasi legal, maupun dirampok secara rakus lagi.

 “Kalau tanya satu persatu orang Papua mayoritas pasti minta Merdeka, bukan Otsus dan Pemekaran. Faktanya demikian! Itu juga kaitan erat dengan realitas pembangunan selama ini! 
Sebuah ironi daerah Papua kaya sumber daya alam (SDA), penduduknya sedikit, mengapa angka kemiskinan di Papua dan Papua Barat yang tertinggi di Negara Republik Indonesia ini. Saya pesimis khusus untuk persoalan pembangunan di Papua, untuk kesejahteraan pribumi Papua dalam ‘bingkai’ Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan punya keyakinan lain, sampai 25 tahun Otsus berakhir kondisinya masih tetap seperti ini.”
Pandangan saya: Hentikan cara-cara represif dan kekerasan politik di Papua serta segera buka Dialog. Dalam catatan pribadinya (Daniel Marthen Duwit).


ZONA DAMAI
VISI : Untuk mendukung konsultasi antar Papua dan membantu Papua menyiapkan proses dialog potensial dengan pemerintah pusat.


MISI : Mewujudkan keadilan yang bermartabat bagi rakyat Papua secara keseluruhan






Buku : Indikator Papua Tanah Damai
Sebuah Buku Saku
"Indikator Papua Tanah Damai"

Versi Masyarakat Papua
Buku ini sengaja Kami terbitkan tetapi bukan sebagai hasil akhir dari proses,diskusi dan dialog tentang Papua tanah damai, melainkan untuk mendorong lebih banyak diskusi pada berbagai level guna memperjelas dan memperkaya konsep Papua tanah damai dan indikator-indikatornya, Buku ini digunakan sebagai bahan tertulis dalam diskusi-diskusi tentang papua tanah damai yang dilaksanakan, Baik dalam maupun di luar tanah Papua. dengan melibatkan banyak orang, Maka upaya mewujutkan Papua Tanah Damai menjadi semua perjuangan besama dari semua pihak. 

Tambahan : Dialog Indonesia - Papua adalah sarana mencapai solusi damai guna mengakhiri konflik antara Pemerintah Indonesia dan Rakyat Papua. Memperjuangkan penyelesaian konflik di Papua secara adil, damai dan bermartabat, demi mewujudkan keadilan dan kebenaran di atas Tanah Papua. Jaringan Damai Papua.
FAUPD
Forum ini adalah tempat untuk berbagi informasi, gagasan, dan pandangan yang berkaitan dengan upaya penyelesaian konflik di Tanah Papua secara adil, damai dan bermartabat.
Thaha Alhamid: selama ini kebijakan tentang Papua diterbitkan menggunakan sudut pandang orang Pusat. Forum Akademisi untuk Papua Damai meminta pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla membentuk lembaga khusus yang menangani masalah Papua. Tetapi, tak perlu membuat Undang-Undang khusus. Thaha Alhamid, menilai pemerintah pusat tidak pernah melihat apakah kebijakan yang diterbitkan untuk Papua itu baik atau tidak. Selama ini kebijakan itu digulirkan dengan cara pandang pemerintah pusat.

Akibatnya, sampai sekarang masyarakat Papua tidak merasakan dampak yang signifikan dari pembangunan. Padahal, otonomi khusus Papua sudah belasan tahun dilaksanakan dan menghabiskan puluhan triliun rupiah. Bagi Thaha, pemerintah harus mengerti apa yang dibutuhkan Papua. Selama ini masyarakat Papua kerap dituding separatis, sehingga pemerintah pusat merasa perlu mengirim tentara bersenjata lengkap. Menurut dia, yang diinginkan masyarakat hanya pemenuhan hak-hak masyarakat Papua atas keadilan ekonomi dan sosial.

“Selama ini pemerintah mengerjakan apa yang mereka pikir baik untuk Papua dan mereka tidak bertanya kepada orang Papua. Jokowi-JK harus ubah cara pandang itu, jangan jadikan orang Papua musuh,”.

Papua Peace Network
21.09.00

Papua Peace Network